Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga
digunakan untuk menjelaskan perbandingan persentase perubahan harga di tingkat
pengecer dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis
transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayarkan konsumen
akhir ditransmisikan kepada produsen.
Untuk melihat hubungan elastisitas
harga di tingkat produsen dan tingkat konsumen, dapat dilihat elastisitas
transmisi harganya yaitu perubahan nisbi dari harga eceran terhadap perubahan
nisbi harga di tingkat produsen (Azzaino, 1982). Elastisitas transmisi harga
dapat dirumuskan sebagai berikut (George dan King, 1971) :
n = dPr/dPf . Pf/Pr
Keterangan :
n : elastisitas transmisi harga
Pr : harga di tingkat konsumen
Pf : harga di tingkat petani
produsen
d Pr : perubahan harga di tingkat
konsumen
d Pf : perubahan harga di tingkat
produsen
Elastisitas harga dapat juga dicari
dengan menggunakan logaritma dari fungsi (Azzaino, 1982) :
Pf = a + Pr n
ln Pf = ln a + n ln Pr
Elastisitas transmisi harga untuk
hasil-hasil perikanan umumnya bernilai kurang dari satu (n < 1), artinya
perubahan harga 1% di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga yang
kurang dari 1% di tingkat produsen. n = 1, berarti perubahan harga 1% di
tingkat konsumen mengakibatkan perubahan 1% ditingkat produsen, sedangkan n
> 1, berarti perubahan harga 1% di tingkat konsumen mengakibatkan perubahan
harga > 1% di tingkat produsen.
Pada n = 1, maka keadaan pasar
berjalan dengan efisien, sedangkan n < 1 atau n > 1, maka keadaan pasar
tidak berjalan dengan efisien (tidak bersaing sempurna).
Elastisitas harga sama dengan satu
(n = 1) tidak selalu menunjukkan bahwa pasar telah bersaing dengan sempurna.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu dianalisis terlebih dahulu bagaimana
struktur pasar, perilaku pasar dan penampilan pasarnya.
Dengan diketahui besaran elastisitas
transmisi harga, maka dapat diketahui pula besar perubahan nisbi harga di
tingkat pengecer (dPr/Pr) dan perubahan harga di tingkat petani (dPf/Pf),
sehingga dengan diketahuinya hubungan ini diharapkan adanya informasi pasar
tentang :
a. Kemungkinan adanya peluang
kompetisi yang efektif dengan jalan memperbaiki ‘market transperency’.
b. Keseimbangan penawaran dan
permintaan antara petani dengan pedagang, sehingga dapat mencegah fluktuasi
yang berlebihan.
c. Kemungkinan pengembangan pedagang
antar daerah mengabaikan informasi perkembangan pasar nasional atau lokal.
d. Kemungkinan pengurangan resiko
produksi dan pemasaran sehingga dapat mengurangi kerugian.
Untuk memperjelas uraian tentang
elastisitas transmisi harga, maka ada baiknya kita melihat hasil penelitian
Hidayat, Sofia dan Lilimantik (2009) mengenai model agribisnis usaha budidaya
ikan di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Nilai elastisitas transmisi
harga ikan budidaya di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rasio harga di tingkat
produsen (Pf) dengan harga di tingkat pengecer (Pr) dan nilai elastisitas
transmisi harga (n)
No. Keterangan Nilai ET Nila Nilai
ET Mas Nilai ET Patin
1. Pr/Pf 0.585 0.588 0.580
2. n 0.421 0.394 0.452
Sumber : Penelitian Model Agribisnis
Budidaya Perikanan Di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan (Hidayat,
Sofia dan Lilimantik, 2009)
Tabel 1 menjelaskan elastisitas
transmisi harga antara harga ikan nila, mas dan patin di tingkat produsen
dengan harga di tingkat pengecer adalah kurang dari satu (n < 1) yaitu harga
ikan nila sebesar 0.421, harga ikan mas sebesar 0.394 dan harga ikan patin
sebesar 0.452. Nilai tersebut mengindikasikan apabila terjadi perubahan harga
sebesar 1% di tingkat konsumen maka akan menyebabkan perubahan harga ikan nila
sebesar 0.421 di tingkat produsen, harga ikan mas sebesar 0.394 dan harga ikan
patin sebesar 0,452. Artinya elastisitas transmisi harga bersifat in elastis.
Elastisitas transmisi harga antara
harga ikan nila, mas dan patin di tingkat produsen dengan harga di tingkat
pengecer adalah kurang dari satu (n < 1) yaitu sebesar -0,130. Nilai
tersebut mengindikasikan apabila terjadi perubahan harga sebesar 1% di tingkat
konsumen maka akan menyebabkan perubahan harga sebesar -0,130% di tingkat
produsen, artinya elastisitas transmisi harga bersifat in elastis.
Kecilnya nilai elastisitas harga
yang didapatkan dalam perhitungan ini disebabkan :
a. Komoditi yang dihasilkan mudah
rusak, sehingga harus secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.
b. Produk perikanan budidaya umumnya
di produksi secara banyak dan homogen, sehingga apabila ada produsen yang
menaikkan harga akan menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komoditi
yang dihasilkan produsen yang lain.
c. Langkanya informasi harga eceran,
karena informasi harga yang ada adalah harga di tingkat pedagang pengumpul.
Dengan mengetahui nilai elastisitas
transmisi harga ini diharapkan akan diperoleh informasi yang nantinya akan
dapat digunakan untuk memperbaiki posisi tawar menawar produsen. Meskipun
demikian pada umumnya posisi produsen dalam pemasaran produk perikanan sangat
lemah, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Bagian pangsa pasar (market
share) yang dimiliki produsen umumnya sangat kecil, sehingga produsen hanya
bertindak sebagai penerima harga (price taker).
b. Komoditi hasil perikanan umumnya
mudah rusah (perishable), sehingga harus secepatnya dijual tanpa
memperhitungkan harga.
c. Lokasi produksi terpencar-pencar
dan sulit untuk dicapai.
d. Kurangnya informasi pasar
sehingga produsen tidak mengetahui kualitas dan kuantitas yang diinginkan
konsumen. Hal itu menyebabkan produsen mudah diperdaya oleh lembaga-lembaga
pemasaran yang berhubungan langsung dengan mereka.
e. Adanya pinjaman dan kredit dari
lembaga pemasaran yang bersifat mengikat, sehingga memperlemah posisi produsen
dalam menentukan harga.
Emmy Lilimantik
(elilimantik@yahoo.co.id)
Stap
pengajar pada PS. Agribisnis Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Lambung
Mangkurat Kalimantan Selatan-Indonesia
TRANSMISI
HARGA
Teori Elastisitas Transmisi
Analisis
elastisitas transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana
dampak perubahan harga suatu barang disatu tingkat pasar terhadap perubahan
harga barang itu di tenpat/tingkat pasar lainnya (Hasyim, 1994).
Rumus
elastisitas transmisi harga adalah :
Et
= δPr/δPf
. Pr/Pf
Pf dan Pr berhubungan linear dalam persamaan
Pf = a + b Pr, sehingga δPf/δPr
= b atau δPr/δPf = 1/b
, dan Et = 1/b . Pf/Pr
Keterangan :
Et =
Elastisitas transmisi harga
a = Intersep (titik potong)
b = Koefisien regresi atau slope
Pf = Harga
di tingkat produsen
Pr = Harga
di tingkat konsumen
Kriteria
pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim, 1994) :
(1) Jika Et = 1, berarti laju
perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan harga ditingkat
produsen. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku
tataniaga adalah bersaing sempurna, dan sistem tataniaga yang terjadi sudah
efisien.
(2) Jika Et < 1, berarti
laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dibanding dengan laju
perubahan harga di tingkat produsen. Keadaan ini bermakna bahwa pemasaran yang
berlaku belum efisien dan pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga adalah
bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopoli.
(3) Jika Et > 1, maka laju
perubahan harga di tingkat produsen. Pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku
pasar adalah pelaku tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopoli dan
oligopoli dalam sistem pemasaran tersebut serta sistem pemasaran yang berlaku
belum efisien.
Pengertian
Marjin Pemasan
Margin Pemarasan (marketing margin)
Dalam teori harga dianggap produsen bertemu langsung dengan konsuen, sehingga
harga pasar yang terbentuk merupakan perpotongan antara kurva penawaran dengan
kurva permintaan. Realititas pemasaran pertanian sangat jauh dari anggapan ini,
sebab komoditi pertanian yang produksikan di daerah sentra produksi akan
dikonsumsi oleh konsumen akhir setelah menempuh jarak yag sangat jauh, antar
kabupaten, anatr propinsi, antar negara bahkan antar benua,baik komoditi olahan
maupun olahan. Dengan demikian sebenarnya jarang sekali produsen melalukan
transaksi secara langsung dengan kosume akhir. Untuk itu digunakan konsep
marjin pemasaran. Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut
pandang harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran yang sering
menggunakan konsep marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga ini. Marjin
pemasaran merupakan selisih harga yang yang dibayar konsumen akhir dan harga
yang terima petani produsen.
Margin pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara,
yaitu:
1. margin pemasaran merupakan selisih
antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani
(produsen).
2. margin pemasaran merupakan biaya
dari balas jasa-jasa pemasaran.
Harga yang dibayar konsumen akhir merupakan harga di
tingkat pedagang pengecer. Bila digambarkan dalam suatu kurva, maka
keseimbangan harga ditingkat pengecer merupakan perpotongan antara kurva
penawaran turunan (derived supply curve), dengan kurva permintaan primer
(primary demand curve). Sedangkan kesesimbangan harga ditingkat
petani perpotongan antara kurva penawaran primer (primary supply curve) dengan
kurva permintaan turunan (derived demand curve). Atau dapat digambarkan
dengan:
Sd = derived supply (kurva penawaran turunan = penawaran
produk di tingkat pedagang)
Sp = primary supply (kurva penawaran primer = penawaran
produk ditingkat petani)
Dd = derived demand (kurva permintaan turunan = permintaan
pedagang atau pabrik)
Dp = primary demand (kurva permintaan primer = permintaan
konsumen akhir)
Pr = harga ditingkat pedagang pengecer
Pf = harga ditingkat petani
MM = margin pemasaran (marketing margin = Pr – Pf)
Q* = kuantitas (jumlah ) produk yang
ditransaksikan, yaitu sama ditingkat petani dan
ditingkat pengecer.
Komponen margin terdiri dari dua bahagian, yaitu:
1. biaya-biaya yang diperlukan
lembaga-lembaga pemsaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemsaran, yang disebut
dengan biaya pemsaran atau biaya fungsional (functional cost)
2. keuntungan (profit) lembaga
pemasaran.
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem
pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang
diterima produsen atas produk pertanian yang diperjualbelikan. Selain secara
verbal, marjin pemasaran dapat dinyatakan secara matematis dan secara grafis. Produk referensi merupakan titik awal yang menunjukkan 1 kilogram
dari produk yang dijual kepada konsumen, misalnya petani perlu menyediakan 1,11
kilogram tomat untuk menyediakan 1 kilogram dari produk referensi karena 10
persen dari produk yang dijual telah hilang/rusak dalam proses pemasaran.
Ada tiga metode untuk menghitung marjin pemasaran yaitu dengan memilih dan
mengikuti saluran pemasaran dari komoditi spesifik, membandingkan harga pada
berbagai level pemasaran yang berbeda, dan mengumpulkan data penjualan dan
pembelian kotor tiap jenis pedagang. Masing-masing metode memiliki kelemahan
dan kelebihan. Marjin pemasaran menurut jenisnya dibedakan
menjadi marjin absolut, persen marjin dan kombinasi antara marjin absolut dan
persen marjin. Persentase bagian marjin merupakan suatu
pengelompokan yang digunakan secara populer pada serangkaian angka yang
menunjukkan marjin absolut dari berbagai tipe pedagang atau berbagai fungsi
pemasaran yang berbeda, dibagi dengan harga eceran.
Komponen biaya pemasaran berdasarkan berbagai kegiatan pemasaran yang umumnya
dilakukan meliputi biaya persiapan dan pengepakan, biaya handling, biaya
processing, biaya modal, pungutan-pungutan, komisi dan pembayaran tidak resmi.
Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan
selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah
perubahan antara harga petani dan harga eceran (retail) Margin tataniaga hanya
merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang
diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah quantitas produk yang
dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan
margin keuntungan.
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk tersebut. Oleh karena itu nilai margin pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges (Dahl, 1977).
Biaya pemasaran terkait dengan tingkat pengembalian dari faktor produksi, sementara marketing charges berkaitan dengan berapa yang diterima oleh pengolah, pengumpul dan lembaga tataniaga. Margin tataniaga terdiri dari tiga jenis yaitu absolut, persentase dan kombinasi. Margin pemasaran absolut dan persentase dapat menurun, konstan dan meningkat dengan bertambahnya quantitas yang dipasarkan. Hubungan antara elastisitas permintaan di tingkat rantai tataniaga yang berbeda memberikan beberapa kegunaan analisis. Hubungan bergantung pada perilaku dari margin pemasaran.
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk tersebut. Oleh karena itu nilai margin pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges (Dahl, 1977).
Biaya pemasaran terkait dengan tingkat pengembalian dari faktor produksi, sementara marketing charges berkaitan dengan berapa yang diterima oleh pengolah, pengumpul dan lembaga tataniaga. Margin tataniaga terdiri dari tiga jenis yaitu absolut, persentase dan kombinasi. Margin pemasaran absolut dan persentase dapat menurun, konstan dan meningkat dengan bertambahnya quantitas yang dipasarkan. Hubungan antara elastisitas permintaan di tingkat rantai tataniaga yang berbeda memberikan beberapa kegunaan analisis. Hubungan bergantung pada perilaku dari margin pemasaran.
Marjin
pemasaran dalam teori harga diasumsikan bahwa penjual an pembeli bertemu
langsung, sehingga harga hanya ditentukan oleh kekuatan penaaran dan permintaan
secara agregat. Dengan demikian disimpulkan tidak ada perbedaan antara harga di
tingkat petani dengan harga itingkat pengecer atau konsumen akhir. Bedasarkan
penelitian – penelitian dari ilmu ekonomi pertanian, ternyata terdapat
perbedaan harga di tingkat pengecer (konsumen akhir ) dengan harga di tingkat
petani. Perbedaan ini disebut marjin pemasaran. Marjin dapat dibedakan menjadi
dua cara, yaitu : Pertama, marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga
yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Definisi pertama
dikemukakan oleh Daly (1958) dan diterangka leih anjut oeh Friedman (196).
Kedua, marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa 0 jasa pemasaran yang
dibutuhkan sebagai akibat prmintaan dan penawaran dari jasa – jasa pemasaran.
Definisi kedua ini dikemukakan oleh aite dan Trelogan (1951). Komponen marjin pemasaran
terdiri dari : 1) biaya – biaya yang diperlukan lembaga – lembaga pemasaran
untuk melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau
biaya fungsional (functional cost ); dan 2) keuntungan (profit) lembaga
pemasaran. Apabia dalam pemasaran suatu produk pertanian, terdapat lembaga
pemasaran yag melakukan m fungsi – ungsi pemasaran.
Dengan menggunakan definisi pertama yang menyebutkan bahwa marjin pemasaran
merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang
diterima petani, maka lebih lanjut dapat ianalisa sebagai berikut : Harga yang
dibayarkan konsumen merupakan harga ditingkat pengecer , yaitu merupakan
perpotongan ntara kurva permintaan primer ( primary demand curve )
dengan kura penawaran turunan ( derived supply curve ). Sedangkan harga
ditingkat petani petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan (derived
demand curve) dengan kurva penawaran primer (primary supply curve).
Seperti hanya pada permintaan, maka pada penawaran pun terdapat tiga hubungan
antara besar marjin pemasaran dengan jumlah penawaran yaitu :
1. Pertama,
apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran bertambah maka,
disebut marjin pemasaran bertambah. ( M1 > Mo )
2. Kedua, apabila
jumlah yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran konstan. (M1 = Mo )
3. Ketiga, apabla jumlah yang ditawarkan bertambah dan
marjin pemasaran berkurang (M1<Mo), maka disebut marjin pemasaran berkurang.
Bedasarkan definisi kedua, marjin pemasaran yaitu marjin pemasaran merupakan
biaya dari jasa – jasa pemasaran, maka membawa konsekwensi yang berbeda dengan
analisi sebelumnya.
Nilai marjin pemasaran (VM ) yang dinikmati oleh lembaga – lembaga
pemasaran yang teribat dalam pemasaran komodii pertanian ini.nilai marjin
pemasaran merupakan hail ali antara perbedaan harga ditingkat pengecer dengan
harga ditingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan.
Bedasarkan dimensi waktunya, marjin pemasaran dapat
dilihat dalam waktu yang singkat sekai, yaitu bedasarkan data crhss sectihn
atau dalam waktu yang relatif lama.
Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga merupakan
perbandingan perubahan persentase dari harga di tingkat
pengecer/pemasar/konsumen (Y) dengan perubahan harga di tingkat petani/produsen
(X), yang bertujuan untuk mengetahui melihat berapa besar perubahan harga di
pasar pengecer/pemasar/konsumen (Y) akibat terjadinya perubahan harga sebesar
satu satuan unit di pasar petani/produsen (X). Dari perubahan/hubungan tersebut
secara tidak langsung dapat diperkirakan tingkat keefektifan suatu informasi
pasar, bentuk pasar dan efektifan sistem pemasaran.
Apabila elastisitas transmisi harga
lebih kecil dari satu (Et < 1) dapat diartikan bahwa perubahan harga sebesar
1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan
perubahan harga kurang dari 1% di
tingkat petani dan bentuk pasar mengarah ke Monopsoni. Apabila elastisitas
transmisi harga sama dengan satu (Et = 1), maka perubahan harga sebesar 1% di
tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1% di tingkat
petani dan merupakan pasar persaingan sempurna. Apabila elastisitas transmisi
harga lebih besar dari satu (Et > 1), maka perubahan harga sebesar 1% di
tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% di
tingkat petani dan bentuk pasarnya mengarah ke Monopoli.
Rumus elastisitas transmisi harga sebagai berikut :
Et = ΔX / ΔY x Y/X
Dimana :
Et = Elastisitas Transmisi Harga
ΔY = Perubahan Harga di tingkat pengecer (ΔRp/ΔKg)
ΔX = Perubahan Harga di tingkat petani
(ΔRp/ΔKg)
X = Harga di tingkat petani (Rp/Kg)
Y = Harga di tingkat pengecer (Rp/Kg)
(Sudiyono, 2004)
Elastisitas transmisi harga umumnya bernilai lebih kecil
satu. Apabila nilai Et suatu pasar lebih tinggi dari pasar yang lain, berarti
pasar tersebut lebih efisiensi karena perubahan harga (fluktuasi) di tingkat
produsen ditransmisikan dengan lebih sempurna ke konsumen (Silitonga, 1999).
MARGIN
PEMASARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan masa datang untuk
mengantisipasi pasar adalah melalui pelaksanaan: a ) menciptakan
tehnologi yang mampu meningkatkan produksi pertanian, baik kualitas
maupun kuantitasnya dan 2) menciptakan nilai tambah serta meningkatkan
efesiensi pemanfaatan sumber daya (Adyana dan Suryana, 1996).
Pada sektor agribisnis hortikultura
dikawasan sentra produksi hortikultura, setiap kegiatan agribisnis mulai dari
kegiatan pengadaan saran produksi, kegiatan produksi, hingga kegiatan
pengolahan dan pemasaran hasil, serta kegiatan jasa penunjang umumnya dilakukan
oleh pelaku agribisnis yang berbeda. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan
struktur agribisnis menjadi tersendat-sendat dan kurang memiliki daya saing
(Irawan, 2001) yaitu: 1) tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis antara
setiap kegiatan atau pelaku agribisnis, 2) terbentuknya margin ganda sehingga
ongkos produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang harus dibayar konsumen
menjadi lebih mahal, sehingga sistem agribisnis berjalan tidak efesien, 3)
tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dengan agribisnis lainnya,
sehingga petani sulit mendapatkan harga pasar yang wajar.
Kelembagaan pemasaran yang berperan
dalam memasarkan komoditas pertanian hortikultura dapat mencakup petani,
pedagang pengumpul, pedagang perantara/grosir dan pedagang pengecer (Kuma’at, 1992).
Permasalahan yang timbul dalam sistem pemasaran hortikultura antara lain:
kegiatan pemasaran yang belum berjalan efesien (Mubyarto, 1989), dalam arti
belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan
biaya yang murah dan belum mengadakan pembagian balas jasa yang adil dari
keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam
kegiatan produksi dan pemasaran komoditas pertanian tersebut. Pembagian yang
adil dalam konteks tersebut adalah pembagian balas jasa fungsi- fungsi
pemasaran sesuai kontribusi masing-masing kelembagaan pemasaran yang berperan.
Menurut
Saefudin (dalam Nurmalinda, 1997; Thomas, Nurmalinda, dan Adiyono, 1995) yang
sangat penting menjadi perhatian ialah sistem tataniaga yang efesien, bagaimana
masing – masing lembaga niaga yang terlibat memperoleh imbalan yang adil.
Dengan demikian hubungan antara harga, produksi dan tata niaga mempunyai kaitan
yang erat, dimana petani sebagai produsen dan lembaga tataniaga dengan fungsi
tataniaga yang dilakukannya masing-masing mempunyai peranan yang
menentukan dan saling mempengaruhi (Setyawati, 1990). Tata niaga disini adalah
marjin pemasaran.
B.
Tujuan
1. Mengetahui jenis saluran distribusi
suatu jenis hasil pertanian
2. Mengetahui hasil perbandingan margin
pemasaran
BAB II
Margin Pemarasan (marketing margin)
1. Pengertian Margin pemasaran
Dalam teori harga dianggap produsen bertemu langsung dengan konsumen, sehingga
harga pasar yang terbentuk merupakan perpotongan antara kurva penawaran dengan
kurva permintaan. Realititas pemasaran pertanian sangat jauh dari anggapan ini,
sebab komoditi pertanian yang produksikan di daerah sentra produksi akan
dikonsumsi oleh konsumen akhir setelah menempuh jarak yag sangat jauh, antar
kabupaten, antar propinsi, antar negara bahkan antar benua, baik komoditi
olahan maupun olahan. Dengan demikian sebenarnya jarang sekali produsen
melalukan transaksi secara langsung dengan kosume akhir. Untuk itu digunakan
konsep marjin pemasaran.
Marjin pemasaran dapat ditinjau dari
dua sisi, yaitu sudut pandang harga dan biaya pemasaran. Pada analisis
pemasaran yang sering menggunakan konsep marjin pemasaran yang dipandang dari
sisi harga ini. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang yang dibayar
konsumen akhir dan harga yang terima petani produsen.
Margin
pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu:
1. Margin pemasaran merupakan selisih
antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani (produsen).
2. Margin pemasaran merupakan biaya
dari balas jasa-jasa pemasaran.
Harga yang dibayar konsumen akhir
merupakan harga di tingkat pedagang pengecer. Bila digambarkan dalam suatu
kurva, maka keseimbangan harga ditingkat pengecer merupakan perpotongan antara
kurva penawaran turunan (derived supply curve), dengan kurva permintaan
primer (primary demand curve). Sedangkan keseimbangan harga ditingkat
petani perpotongan antara kurva penawaran primer (primary supply curve) dengan
kurva permintaan turunan (derived demand curve).
2. Margin Pemasaran dan Distribusi
Marjin pemasaran merupakan perbedaan
harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.
Untuk menganalisis marjin pemasaran maka data harga yang digunakan adalah harga
di tingkat petani dan harga di tingkat lembaga pemasaran, sehingga dalam
perhitungan margin pemasaran digunakan rumus:
Mm = Pe – Pf
Dimana:
Mm = Marjin pemasaran di
tingkat petani
Pe = Harga di tingkat
kelembagaan pemasaran tujuan pemasaran dari
Petani
Pf = Harga di tingkat petani
Margin pada setiap tingkat lembaga
pemasaran dapat dihitung dengan jalan menghitung selisih antara harga jual
dengan harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Dalam bentuk
matematika sederhana dirumuskan:
Mmi = Margin pemasaran pada
setiap tingkat lembaga pemasaran
Ps =
Harga jual pada setiap tingkat lembaga pemasaran
Pb =
Harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran
Karena dalam margin pemasaran
terdapat dua komponen, yaitu komponemn biaya dan komponen keuntungan lembaga
pemasaran, maka:
Mm = c + π
Pe – Pf = c + π
Pf = Pe – c – π
Dimana:
c
= biaya pemasaran
π
= keuntungan lembaga pemasaran
Distribusi margin pemasaran dilihat
dari persentase keuntungan pemasaran dan biaya pemasaran terhadap harga jual di
tingkat penjualan, untuk masing – masing lembaga pemasaran. Selain itu dilihat
juga persentase keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan pada masing – masing
saluran pemasaran.
Pemasaran
yang digunakan adalah:
Rasio antara keuntungan dan biaya = x 100%
Dimana:
πi
= keuntungan lembaga pemasaran ke-i
ci
= biaya lembaga pemasaran ke-i
Bagian
harga yang diterima petani
Bagian harga yang diterima petani (farmer’s share)
merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga di tingkat
lembaga pemasaran yang dinyatakandalam persentase. Farmer’s share dirumuskan
sbagai berikut:
Fs = x 100%
Dimana:
Fs = farmer’s share
Pf = harga ditingkat petani
Pe = harga di tingkat lembaga
pemasaran
Komponen
margin terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Biaya-biaya yang diperlukan
lembaga-lembaga pemasaran untuk
melakukan
fungsi-fungsi pemsaran, yang disebut dengan biaya pemasaran atau biaya
fungsional (functional cost)
2.
Keuntungan
(profit) lembaga pemasaran.
Marjin pemasaran adalah perbedaan
harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran atau perbedaan antara jumlah
yang dibayar konsumen dan jumlah yang diterima produsen atas produk pertanian
yang diperjualbelikan. Selain secara verbal, marjin pemasaran dapat dinyatakan
secara matematis dan secara grafis. Produk referensi merupakan titik awal yang
menunjukkan 1 kilogram dari produk yang dijual kepada konsumen, misalnya petani
perlu menyediakan 1,11 kilogram tomat untuk menyediakan 1 kilogram dari produk
referensi karena 10 persen dari produk yang dijual telah hilang/rusak dalam
proses pemasaran.
Ada
tiga metode untuk menghitung marjin pemasaran yaitu:
a. Memilih dan mengikuti saluran pemasaran dari
komoditi spesifik,
b. Membandingkan harga pada berbagai level pemasaran
yang berbeda
c. Mengumpulkan data penjualan dan pembelian kotor tiap
jenis pedagang. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Marjin
pemasaran menurut jenisnya dibedakan menjadi marjin absolut, persen marjin dan
kombinasi antara marjin absolut dan persen marjin. Persentase bagian marjin
merupakan suatu pengelompokan yang digunakan secara populer pada serangkaian
angka yang menunjukkan marjin absolut dari berbagai tipe pedagang atau berbagai
fungsi pemasaran yang berbeda, dibagi dengan harga eceran.
Komponen biaya pemasaran berdasarkan
berbagai kegiatan pemasaran yang umumnya dilakukan meliputi biaya persiapan dan
pengepakan, biaya handling, biaya processing, biaya modal, pungutan-pungutan,
komisi dan pembayaran tidak resmi.
Margin pemasaran atau margin
tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga
adalah perubahan antara harga petani dan harga eceran (retail). Margin
tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah quantitas
produk yang dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya
tataniaga dan margin keuntungan.
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added).
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added).
Pengertian ekonomi nilai margin
pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang merupakan
hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk tersebut.
Oleh karena itu nilai margin pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing
costs dan marketing charges (Dahl, 1977). Biaya pemasaran terkait dengan
tingkat pengembalian dari faktor produksi, sementara marketing charges
berkaitan dengan berapa yang diterima oleh pengolah, pengumpul dan lembaga
tataniaga. Margin tataniaga terdiri dari tiga jenis yaitu absolut,
persentase dan kombinasi. Margin pemasaran absolut dan persentase dapat
menurun, konstan dan meningkat dengan bertambahnya quantitas yang dipasarkan.
Hubungan antara elastisitas permintaan di tingkat rantai tataniaga yang berbeda
memberikan beberapa kegunaan analisis. Hubungan bergantung pada perilaku dari
margin pemasaran.
Marjin pemasaran dalam teori harga
diasumsikan bahwa penjual dan pembeli bertemu langsung, sehingga harga hanya
ditentukan oleh kekuatan penalaran dan permintaan secara agregat. Dengan
demikian disimpulkan tidak ada perbedaan antara harga di tingkat petani dengan
harga ditingkat pengecer atau konsumen akhir. Bedasarkan penelitian –
penelitian dari ilmu ekonomi pertanian, ternyata terdapat perbedaan harga di
tingkat pengecer (konsumen akhir ) dengan harga di tingkat petani. Perbedaan
ini disebut marjin pemasaran.
Marjin
dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu :
1.
Marjin
pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan
harga yang diterima petani. Definisi pertama dikemukakan oleh Daly (1958) dan
diterangka leih anjut oeh Friedman (196).
2.
Marjin
pemasaran merupakan biaya dari jasa 0 jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai
akibat prmintaan dan penawaran dari jasa - jasa pemasaran.
Definisi kedua ini dikemukakan oleh
aite dan Trelogan (1951). Komponen marjin pemasaran terdiri dari : 1) biaya –
biaya yang diperlukan lembaga – lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi –
fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional
cost ); dan 2) keuntungan (profit) lembaga pemasaran. Apabia dalam
pemasaran suatu produk pertanian, terdapat lembaga pemasaran yag melakukan m
fungsi – ungsi pemasaran.
Dengan menggunakan definisi pertama
yang menyebutkan bahwa marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka lebih lanjut dapat
dianalisa sebagai berikut : Harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga
ditingkat pengecer , yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer
( primary demand curve ) dengan kura penawaran turunan ( derived
supply curve ). Sedangkan harga ditingkat petani petani merupakan potongan
antara kurva permintaan turunan (derived demand curve) dengan kurva
penawaran primer (primary supply curve).
Seperti hanya pada permintaan, maka
pada penawaran pun terdapat tiga hubungan antara besar marjin pemasaran dengan
jumlah penawaran yaitu :
1. Apabila jumlah yang ditawarkan
bertambah dan marjin pemasaran bertambah maka, disebut marjin pemasaran
bertambah. ( M1 > Mo )
2. Apabila jumlah yang ditawarkan
bertambah dan marjin pemasaran konstan. (M1 = Mo )
3. Apabila jumlah yang ditawarkan
bertambah dan marjin pemasaran berkurang (M1<Mo), maka disebut marjin
pemasaran berkurang.
Bedasarkan definisi kedua, marjin pemasaran yaitu marjin
pemasaran merupakan biaya dari jasa – jasa pemasaran, maka membawa konsekwensi
yang berbeda dengan analisi sebelumnya.
Nilai marjin pemasaran (VM ) yang dinikmati oleh
lembaga – lembaga pemasaran yang teribat dalam pemasaran komodii pertanian
ini.nilai marjin pemasaran merupakan hail ali antara perbedaan harga ditingkat
pengecer dengan harga ditingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Bedasarkan
dimensi waktunya, marjin pemasaran dapat dilihat dalam waktu yang singkat
sekai, yaitu bedasarkan data crhss sectihn atau dalam waktu yang relatif lama.
3. Elastisitas Transmisi
Harga
Elastisitas transmisi
harga adalah merupakan perbandingan perubahan persentase dari harga di tingkat
pengecer/pemasar/konsumen (Y) dengan perubahan harga di tingkat petani/produsen
(X), yang bertujuan untuk mengetahui melihat berapa besar perubahan harga di
pasar pengecer/pemasar/konsumen (Y) akibat terjadinya perubahan harga sebesar
satu satuan unit di pasar petani/produsen (X). Dari perubahan/hubungan tersebut
secara tidak langsung dapat diperkirakan tingkat keefektifan suatu informasi
pasar, bentuk pasar dan efektifan sistem pemasaran.
Apabila elastisitas transmisi harga lebih kecil
dari satu (Et < 1) dapat diartikan bahwa perubahan harga sebesar 1% di
tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1% di tingkat
petani dan bentuk pasar mengarah ke Monopsoni. Apabila elastisitas transmisi harga
sama dengan satu (Et = 1), maka perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer
akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1% di tingkat petani dan merupakan
pasar persaingan sempurna. Apabila elastisitas transmisi harga lebih besar dari
satu (Et > 1), maka perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan
mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% di tingkat petani dan bentuk
pasarnya mengarah ke Monopoli.
Rumus elastisitas transmisi harga sebagai
berikut :
Et = ΔX / ΔY x Y/X
Dimana :
Et = Elastisitas
Transmisi Harga
ΔY = Perubahan Harga di
tingkat pengecer (ΔRp/ΔKg)
ΔX = Perubahan Harga di
tingkat petani (ΔRp/ΔKg)
X = Harga di tingkat
petani (Rp/Kg)
Y = Harga di tingkat
pengecer (Rp/Kg) (Sudiyono, 2004)
Elastisitas transmisi harga umumnya
bernilai lebih kecil satu. Apabila nilai Et suatu pasar lebih tinggi dari pasar
yang lain, berarti pasar tersebut lebih efisiensi karena perubahan harga
(fluktuasi) di tingkat produsen ditransmisikan dengan lebih sempurna ke
konsumen (Silitonga, 1999).
BAB III
KESIMPULAN
1.
Margin
pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang
di bayarkan konsumen.
2.
Dengan
adanya margin pemasaran kita dapat mengetahui perbandingan harga pada petani
dengan harga pada konsumen akhir.
3.
Semakin
panjang rantai tata niaga maka semakin besar perbandingan margin pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar