Minggu, 13 Juli 2014

Elastisitas Transmisi Harga



Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga digunakan untuk menjelaskan perbandingan persentase perubahan harga di tingkat pengecer dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayarkan konsumen akhir ditransmisikan kepada produsen.
Untuk melihat hubungan elastisitas harga di tingkat produsen dan tingkat konsumen, dapat dilihat elastisitas transmisi harganya yaitu perubahan nisbi dari harga eceran terhadap perubahan nisbi harga di tingkat produsen (Azzaino, 1982). Elastisitas transmisi harga dapat dirumuskan sebagai berikut (George dan King, 1971) :
n = dPr/dPf . Pf/Pr
Keterangan :
n : elastisitas transmisi harga
Pr : harga di tingkat konsumen
Pf : harga di tingkat petani produsen
d Pr : perubahan harga di tingkat konsumen
d Pf : perubahan harga di tingkat produsen
Elastisitas harga dapat juga dicari dengan menggunakan logaritma dari fungsi (Azzaino, 1982) :
Pf = a + Pr n
ln Pf = ln a + n ln Pr
Elastisitas transmisi harga untuk hasil-hasil perikanan umumnya bernilai kurang dari satu (n < 1), artinya perubahan harga 1% di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga yang kurang dari 1% di tingkat produsen. n = 1, berarti perubahan harga 1% di tingkat konsumen mengakibatkan perubahan 1% ditingkat produsen, sedangkan n > 1, berarti perubahan harga 1% di tingkat konsumen mengakibatkan perubahan harga > 1% di tingkat produsen.
Pada n = 1, maka keadaan pasar berjalan dengan efisien, sedangkan n < 1 atau n > 1, maka keadaan pasar tidak berjalan dengan efisien (tidak bersaing sempurna).
Elastisitas harga sama dengan satu (n = 1) tidak selalu menunjukkan bahwa pasar telah bersaing dengan sempurna. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dianalisis terlebih dahulu bagaimana struktur pasar, perilaku pasar dan penampilan pasarnya.
Dengan diketahui besaran elastisitas transmisi harga, maka dapat diketahui pula besar perubahan nisbi harga di tingkat pengecer (dPr/Pr) dan perubahan harga di tingkat petani (dPf/Pf), sehingga dengan diketahuinya hubungan ini diharapkan adanya informasi pasar tentang :
a. Kemungkinan adanya peluang kompetisi yang efektif dengan jalan memperbaiki ‘market transperency’.
b. Keseimbangan penawaran dan permintaan antara petani dengan pedagang, sehingga dapat mencegah fluktuasi yang berlebihan.
c. Kemungkinan pengembangan pedagang antar daerah mengabaikan informasi perkembangan pasar nasional atau lokal.
d. Kemungkinan pengurangan resiko produksi dan pemasaran sehingga dapat mengurangi kerugian.
Untuk memperjelas uraian tentang elastisitas transmisi harga, maka ada baiknya kita melihat hasil penelitian Hidayat, Sofia dan Lilimantik (2009) mengenai model agribisnis usaha budidaya ikan di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Nilai elastisitas transmisi harga ikan budidaya di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rasio harga di tingkat produsen (Pf) dengan harga di tingkat pengecer (Pr) dan nilai elastisitas transmisi harga (n)
No. Keterangan Nilai ET Nila Nilai ET Mas Nilai ET Patin
1. Pr/Pf 0.585 0.588 0.580
2. n 0.421 0.394 0.452
Sumber : Penelitian Model Agribisnis Budidaya Perikanan Di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan (Hidayat, Sofia dan Lilimantik, 2009)
Tabel 1 menjelaskan elastisitas transmisi harga antara harga ikan nila, mas dan patin di tingkat produsen dengan harga di tingkat pengecer adalah kurang dari satu (n < 1) yaitu harga ikan nila sebesar 0.421, harga ikan mas sebesar 0.394 dan harga ikan patin sebesar 0.452. Nilai tersebut mengindikasikan apabila terjadi perubahan harga sebesar 1% di tingkat konsumen maka akan menyebabkan perubahan harga ikan nila sebesar 0.421 di tingkat produsen, harga ikan mas sebesar 0.394 dan harga ikan patin sebesar 0,452. Artinya elastisitas transmisi harga bersifat in elastis.
Elastisitas transmisi harga antara harga ikan nila, mas dan patin di tingkat produsen dengan harga di tingkat pengecer adalah kurang dari satu (n < 1) yaitu sebesar -0,130. Nilai tersebut mengindikasikan apabila terjadi perubahan harga sebesar 1% di tingkat konsumen maka akan menyebabkan perubahan harga sebesar -0,130% di tingkat produsen, artinya elastisitas transmisi harga bersifat in elastis.
Kecilnya nilai elastisitas harga yang didapatkan dalam perhitungan ini disebabkan :
a. Komoditi yang dihasilkan mudah rusak, sehingga harus secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.
b. Produk perikanan budidaya umumnya di produksi secara banyak dan homogen, sehingga apabila ada produsen yang menaikkan harga akan menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komoditi yang dihasilkan produsen yang lain.
c. Langkanya informasi harga eceran, karena informasi harga yang ada adalah harga di tingkat pedagang pengumpul.
Dengan mengetahui nilai elastisitas transmisi harga ini diharapkan akan diperoleh informasi yang nantinya akan dapat digunakan untuk memperbaiki posisi tawar menawar produsen. Meskipun demikian pada umumnya posisi produsen dalam pemasaran produk perikanan sangat lemah, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Bagian pangsa pasar (market share) yang dimiliki produsen umumnya sangat kecil, sehingga produsen hanya bertindak sebagai penerima harga (price taker).
b. Komoditi hasil perikanan umumnya mudah rusah (perishable), sehingga harus secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.
c. Lokasi produksi terpencar-pencar dan sulit untuk dicapai.
d. Kurangnya informasi pasar sehingga produsen tidak mengetahui kualitas dan kuantitas yang diinginkan konsumen. Hal itu menyebabkan produsen mudah diperdaya oleh lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan langsung dengan mereka.
e. Adanya pinjaman dan kredit dari lembaga pemasaran yang bersifat mengikat, sehingga memperlemah posisi produsen dalam menentukan harga.
Emmy Lilimantik (elilimantik@yahoo.co.id)
Stap pengajar pada PS. Agribisnis Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan-Indonesia





TRANSMISI HARGA

                                                              Teori Elastisitas Transmisi


Analisis elastisitas transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang disatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tenpat/tingkat pasar lainnya (Hasyim, 1994).
Rumus elastisitas transmisi harga adalah :

EtδPr/δPf . Pr/Pf

Pf dan Pr berhubungan linear dalam persamaan
Pf = a + b Pr, sehingga    δPf/δPr = b  atau    δPr/δPf = 1/b ,   dan Et = 1/b . Pf/Pr

Keterangan :
Et = Elastisitas transmisi harga
a  = Intersep (titik potong)
b  = Koefisien regresi atau slope
Pf = Harga di tingkat produsen
Pr = Harga di tingkat konsumen

Kriteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim, 1994) :
(1)     Jika Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan harga ditingkat produsen. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku tataniaga adalah bersaing sempurna, dan sistem tataniaga yang terjadi sudah efisien.
(2)     Jika Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dibanding dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Keadaan ini bermakna bahwa pemasaran yang berlaku belum efisien dan pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga adalah bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopoli.
(3)     Jika Et > 1, maka laju perubahan harga di tingkat produsen. Pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pelaku tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopoli dan oligopoli dalam sistem pemasaran tersebut serta sistem pemasaran yang berlaku belum efisien.






Pengertian Marjin Pemasan
Margin Pemarasan (marketing margin)

            Dalam teori harga dianggap produsen bertemu langsung dengan konsuen, sehingga harga pasar yang terbentuk merupakan perpotongan antara kurva penawaran dengan kurva permintaan. Realititas pemasaran pertanian sangat jauh dari anggapan ini, sebab komoditi pertanian yang produksikan di daerah sentra produksi akan dikonsumsi oleh konsumen akhir setelah menempuh jarak yag sangat jauh, antar kabupaten, anatr propinsi, antar negara bahkan antar benua,baik komoditi olahan maupun olahan. Dengan demikian sebenarnya jarang sekali produsen melalukan transaksi secara langsung dengan kosume akhir. Untuk itu digunakan konsep marjin pemasaran. Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut pandang harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran yang sering menggunakan konsep marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga ini. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang yang dibayar konsumen akhir dan harga yang terima petani produsen.
Margin pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu:
1. margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani (produsen).
2. margin pemasaran merupakan biaya dari balas jasa-jasa pemasaran.
Harga yang dibayar konsumen akhir merupakan harga di tingkat pedagang pengecer. Bila digambarkan dalam suatu kurva, maka keseimbangan harga ditingkat pengecer merupakan perpotongan antara kurva penawaran turunan (derived supply curve), dengan kurva permintaan primer (primary demand curve). Sedangkan kesesimbangan harga ditingkat petani perpotongan antara kurva penawaran primer (primary supply curve) dengan kurva permintaan turunan (derived demand curve). Atau dapat digambarkan dengan:
http://2.bp.blogspot.com/_EJQHi5BfIiQ/SiwGH_zAZ9I/AAAAAAAAAsg/uKFBwskj44E/s400/untitled.bmpKeterangan:
Sd = derived supply (kurva penawaran turunan = penawaran produk di tingkat pedagang)
Sp = primary supply (kurva penawaran primer = penawaran produk ditingkat petani)
Dd = derived demand (kurva permintaan turunan = permintaan pedagang atau pabrik)
Dp = primary demand (kurva permintaan primer = permintaan konsumen akhir)
Pr = harga ditingkat pedagang pengecer
Pf = harga ditingkat petani
MM = margin pemasaran (marketing margin = Pr – Pf)
Q* = kuantitas (jumlah ) produk yang ditransaksikan, yaitu sama ditingkat petani dan
ditingkat pengecer.
Komponen margin terdiri dari dua bahagian, yaitu:
1. biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemsaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemsaran, yang disebut dengan biaya pemsaran atau biaya fungsional (functional cost)
2. keuntungan (profit) lembaga pemasaran.
            Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang diterima produsen atas produk pertanian yang diperjualbelikan. Selain secara verbal, marjin pemasaran dapat dinyatakan secara matematis dan secara grafis. Produk referensi merupakan titik awal yang menunjukkan 1 kilogram dari produk yang dijual kepada konsumen, misalnya petani perlu menyediakan 1,11 kilogram tomat untuk menyediakan 1 kilogram dari produk referensi karena 10 persen dari produk yang dijual telah hilang/rusak dalam proses pemasaran.
            Ada tiga metode untuk menghitung marjin pemasaran yaitu dengan memilih dan mengikuti saluran pemasaran dari komoditi spesifik, membandingkan harga pada berbagai level pemasaran yang berbeda, dan mengumpulkan data penjualan dan pembelian kotor tiap jenis pedagang. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Marjin pemasaran menurut jenisnya dibedakan menjadi marjin absolut, persen marjin dan kombinasi antara marjin absolut dan persen marjin. Persentase bagian marjin merupakan suatu pengelompokan yang digunakan secara populer pada serangkaian angka yang menunjukkan marjin absolut dari berbagai tipe pedagang atau berbagai fungsi pemasaran yang berbeda, dibagi dengan harga eceran.
            Komponen biaya pemasaran berdasarkan berbagai kegiatan pemasaran yang umumnya dilakukan meliputi biaya persiapan dan pengepakan, biaya handling, biaya processing, biaya modal, pungutan-pungutan, komisi dan pembayaran tidak resmi.
Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah perubahan antara harga petani dan harga eceran (retail) Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah quantitas produk yang dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan margin keuntungan.
            Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk tersebut. Oleh karena itu nilai margin pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges (Dahl, 1977).
Biaya pemasaran terkait dengan tingkat pengembalian dari faktor produksi, sementara marketing charges berkaitan dengan berapa yang diterima oleh pengolah, pengumpul dan lembaga tataniaga. Margin tataniaga terdiri dari tiga jenis yaitu absolut, persentase dan kombinasi. Margin pemasaran absolut dan persentase dapat menurun, konstan dan meningkat dengan bertambahnya quantitas yang dipasarkan. Hubungan antara elastisitas permintaan di tingkat rantai tataniaga yang berbeda memberikan beberapa kegunaan analisis. Hubungan bergantung pada perilaku dari margin pemasaran.
                        Marjin pemasaran dalam teori harga diasumsikan bahwa penjual an pembeli bertemu langsung, sehingga harga hanya ditentukan oleh kekuatan penaaran dan permintaan secara agregat. Dengan demikian disimpulkan tidak ada perbedaan antara harga di tingkat petani dengan harga itingkat pengecer atau konsumen akhir. Bedasarkan penelitian – penelitian dari ilmu ekonomi pertanian, ternyata terdapat perbedaan harga di tingkat pengecer (konsumen akhir ) dengan harga di tingkat petani. Perbedaan ini disebut marjin pemasaran. Marjin dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu : Pertama, marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Definisi pertama dikemukakan oleh Daly (1958) dan diterangka leih anjut oeh Friedman (196). Kedua, marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa 0 jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat prmintaan dan penawaran dari jasa – jasa pemasaran. Definisi kedua ini dikemukakan oleh aite dan Trelogan (1951). Komponen marjin pemasaran terdiri dari : 1) biaya – biaya yang diperlukan lembaga – lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost ); dan 2) keuntungan (profit) lembaga pemasaran. Apabia dalam pemasaran suatu produk pertanian, terdapat lembaga pemasaran yag melakukan m fungsi – ungsi pemasaran.
            Dengan menggunakan definisi pertama yang menyebutkan bahwa marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka lebih lanjut dapat ianalisa sebagai berikut : Harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga ditingkat pengecer , yaitu merupakan perpotongan ntara kurva permintaan primer ( primary demand curve ) dengan kura penawaran turunan ( derived supply curve ). Sedangkan harga ditingkat petani petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan (derived demand curve) dengan kurva penawaran primer (primary supply curve).
            Seperti hanya pada permintaan, maka pada penawaran pun terdapat tiga hubungan antara besar marjin pemasaran dengan jumlah penawaran yaitu :
1.      Pertama, apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran bertambah maka, disebut marjin pemasaran bertambah. ( M1 > Mo )
2.      Kedua, apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran konstan. (M1 = Mo )
3. Ketiga, apabla jumlah yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran berkurang (M1<Mo), maka disebut marjin pemasaran berkurang.
            Bedasarkan definisi kedua, marjin pemasaran yaitu marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa – jasa pemasaran, maka membawa konsekwensi yang berbeda dengan analisi sebelumnya.
            Nilai marjin pemasaran  (VM ) yang dinikmati oleh lembaga – lembaga pemasaran yang teribat dalam pemasaran komodii pertanian ini.nilai marjin pemasaran merupakan hail ali antara perbedaan harga ditingkat pengecer dengan harga ditingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan.
Bedasarkan dimensi waktunya, marjin pemasaran dapat dilihat dalam waktu yang singkat sekai, yaitu bedasarkan data crhss sectihn atau dalam waktu yang relatif lama.


Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga merupakan perbandingan perubahan persentase dari harga di tingkat pengecer/pemasar/konsumen (Y) dengan perubahan harga di tingkat petani/produsen (X), yang bertujuan untuk mengetahui melihat berapa besar perubahan harga di pasar pengecer/pemasar/konsumen (Y) akibat terjadinya perubahan harga sebesar satu satuan unit di pasar petani/produsen (X). Dari perubahan/hubungan tersebut secara tidak langsung dapat diperkirakan tingkat keefektifan suatu informasi pasar, bentuk pasar dan efektifan sistem pemasaran.
Apabila elastisitas transmisi harga lebih kecil dari satu (Et < 1) dapat diartikan bahwa perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan
perubahan harga kurang dari 1% di tingkat petani dan bentuk pasar mengarah ke Monopsoni. Apabila elastisitas transmisi harga sama dengan satu (Et = 1), maka perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1% di tingkat petani dan merupakan pasar persaingan sempurna. Apabila elastisitas transmisi harga lebih besar dari satu (Et > 1), maka perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% di tingkat petani dan bentuk pasarnya mengarah ke Monopoli.
Rumus elastisitas transmisi harga sebagai berikut :

Et = ΔX / ΔY x Y/X

Dimana :
Et = Elastisitas Transmisi Harga
ΔY = Perubahan Harga di tingkat pengecer (ΔRp/ΔKg)
ΔX = Perubahan Harga di tingkat petani (ΔRp/ΔKg)
X = Harga di tingkat petani (Rp/Kg)
Y = Harga di tingkat pengecer (Rp/Kg) (Sudiyono, 2004)
Elastisitas transmisi harga umumnya bernilai lebih kecil satu. Apabila nilai Et suatu pasar lebih tinggi dari pasar yang lain, berarti pasar tersebut lebih efisiensi karena perubahan harga (fluktuasi) di tingkat produsen ditransmisikan dengan lebih sempurna ke konsumen (Silitonga, 1999).








MARGIN PEMASARAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1gkkjLy6T75YjX-jHEP6XeW8QOg3XxXalqUXuyZQM2tH0TbR2lx2sSwbi6dJecSPdArtFNknfZtHyBr9BsVoM5bZi5EpjDn0qP-xaLLGGxNexau2BuDeIEEaCSxqBqnb36ewpRfIvAhql/s320/24122011(004).jpg
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Tantangan masa datang untuk mengantisipasi pasar adalah melalui pelaksanaan: a   ) menciptakan tehnologi yang mampu meningkatkan produksi pertanian, baik kualitas maupun  kuantitasnya dan 2) menciptakan nilai tambah serta meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya (Adyana dan Suryana, 1996).
Pada sektor agribisnis hortikultura dikawasan sentra produksi hortikultura, setiap kegiatan agribisnis mulai dari kegiatan pengadaan saran produksi, kegiatan produksi, hingga kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil, serta kegiatan jasa penunjang umumnya dilakukan oleh pelaku agribisnis yang berbeda. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan struktur agribisnis menjadi tersendat-sendat dan kurang memiliki daya saing (Irawan, 2001) yaitu: 1) tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis antara setiap kegiatan atau pelaku agribisnis, 2) terbentuknya margin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang harus dibayar konsumen menjadi lebih mahal, sehingga sistem agribisnis berjalan tidak efesien, 3) tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dengan agribisnis lainnya, sehingga petani sulit mendapatkan harga pasar yang wajar.
Kelembagaan pemasaran yang berperan dalam memasarkan komoditas pertanian hortikultura dapat mencakup petani, pedagang pengumpul, pedagang perantara/grosir dan pedagang pengecer (Kuma’at, 1992). Permasalahan yang timbul dalam sistem pemasaran hortikultura antara lain: kegiatan pemasaran yang belum berjalan efesien (Mubyarto, 1989), dalam arti belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang murah dan belum mengadakan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan pemasaran komoditas pertanian tersebut. Pembagian yang adil dalam konteks tersebut adalah pembagian balas jasa fungsi- fungsi pemasaran sesuai kontribusi masing-masing kelembagaan pemasaran yang berperan.
Menurut Saefudin (dalam Nurmalinda, 1997; Thomas, Nurmalinda, dan Adiyono, 1995) yang sangat penting menjadi perhatian ialah sistem tataniaga yang efesien, bagaimana masing – masing lembaga niaga yang terlibat memperoleh imbalan yang adil. Dengan demikian hubungan antara harga, produksi dan tata niaga mempunyai kaitan yang erat, dimana petani sebagai produsen dan lembaga tataniaga dengan fungsi tataniaga  yang dilakukannya masing-masing mempunyai peranan yang menentukan dan saling mempengaruhi (Setyawati, 1990). Tata niaga disini adalah marjin pemasaran.

B.       Tujuan
1.      Mengetahui jenis saluran distribusi suatu jenis hasil pertanian
2.      Mengetahui hasil perbandingan margin pemasaran




















BAB II
Margin Pemarasan (marketing margin)

1.    Pengertian Margin pemasaran
            Dalam teori harga dianggap produsen bertemu langsung dengan konsumen, sehingga harga pasar yang terbentuk merupakan perpotongan antara kurva penawaran dengan kurva permintaan. Realititas pemasaran pertanian sangat jauh dari anggapan ini, sebab komoditi pertanian yang produksikan di daerah sentra produksi akan dikonsumsi oleh konsumen akhir setelah menempuh jarak yag sangat jauh, antar kabupaten, antar propinsi, antar negara bahkan antar benua, baik komoditi olahan maupun olahan. Dengan demikian sebenarnya jarang sekali produsen melalukan transaksi secara langsung dengan kosume akhir. Untuk itu digunakan konsep marjin pemasaran.
Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut pandang harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran yang sering menggunakan konsep marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga ini. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang yang dibayar konsumen akhir dan harga yang terima petani produsen.
Margin pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu:
1.    Margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani (produsen).
2.    Margin pemasaran merupakan biaya dari balas jasa-jasa pemasaran.
Harga yang dibayar konsumen akhir merupakan harga di tingkat pedagang pengecer. Bila digambarkan dalam suatu kurva, maka keseimbangan harga ditingkat pengecer merupakan perpotongan antara kurva penawaran turunan (derived supply curve), dengan kurva permintaan primer (primary demand curve). Sedangkan keseimbangan harga ditingkat petani perpotongan antara kurva penawaran primer (primary supply curve) dengan kurva permintaan turunan (derived demand curve).
     


2. Margin Pemasaran dan Distribusi
Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis marjin pemasaran maka data harga yang digunakan adalah harga di tingkat petani dan harga di tingkat lembaga pemasaran, sehingga dalam perhitungan margin pemasaran digunakan rumus:
Mm = Pe – Pf
Dimana:
Mm   = Marjin pemasaran di tingkat petani
Pe      = Harga di tingkat kelembagaan pemasaran tujuan pemasaran dari     
             Petani
Pf      = Harga di tingkat petani
Margin pada setiap tingkat lembaga pemasaran dapat dihitung dengan jalan menghitung selisih antara harga jual dengan harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Dalam bentuk matematika sederhana dirumuskan:
Mmi  = Margin pemasaran pada setiap tingkat lembaga pemasaran
Ps      = Harga jual pada setiap tingkat lembaga pemasaran
Pb      = Harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran
Karena dalam margin pemasaran terdapat dua komponen, yaitu komponemn biaya dan komponen keuntungan lembaga pemasaran, maka:
Mm   = c + π
Pe – Pf = c + π
Pf = Pe – c – π
Dimana:
c        = biaya pemasaran
π        = keuntungan lembaga pemasaran
Distribusi margin pemasaran dilihat dari persentase keuntungan pemasaran dan biaya pemasaran terhadap harga jual di tingkat penjualan, untuk masing – masing lembaga pemasaran. Selain itu dilihat juga persentase keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan pada masing – masing saluran pemasaran.

Pemasaran yang digunakan adalah:
Rasio antara keuntungan dan biaya =  x 100%
Dimana:          
πi       = keuntungan lembaga pemasaran ke-i
ci       = biaya lembaga pemasaran ke-i
Bagian harga yang diterima petani
Bagian harga yang diterima petani (farmer’s share) merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga di tingkat lembaga pemasaran yang dinyatakandalam persentase. Farmer’s share dirumuskan sbagai berikut:
Fs =  x 100%
Dimana:
Fs      = farmer’s share
Pf      = harga ditingkat petani
Pe      = harga di tingkat lembaga pemasaran
Komponen margin terdiri dari dua bagian, yaitu:
1.      Biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk
melakukan fungsi-fungsi pemsaran, yang disebut dengan biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost)
2.       Keuntungan (profit) lembaga pemasaran.
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang diterima produsen atas produk pertanian yang diperjualbelikan. Selain secara verbal, marjin pemasaran dapat dinyatakan secara matematis dan secara grafis. Produk referensi merupakan titik awal yang menunjukkan 1 kilogram dari produk yang dijual kepada konsumen, misalnya petani perlu menyediakan 1,11 kilogram tomat untuk menyediakan 1 kilogram dari produk referensi karena 10 persen dari produk yang dijual telah hilang/rusak dalam proses pemasaran.
Ada tiga metode untuk menghitung marjin pemasaran yaitu:
a.  Memilih dan mengikuti saluran pemasaran dari komoditi spesifik,
b.  Membandingkan harga pada berbagai level pemasaran yang berbeda
c. Mengumpulkan data penjualan dan pembelian kotor tiap jenis pedagang. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Marjin pemasaran menurut jenisnya dibedakan menjadi marjin absolut, persen marjin dan kombinasi antara marjin absolut dan persen marjin. Persentase bagian marjin merupakan suatu pengelompokan yang digunakan secara populer pada serangkaian angka yang menunjukkan marjin absolut dari berbagai tipe pedagang atau berbagai fungsi pemasaran yang berbeda, dibagi dengan harga eceran.
Komponen biaya pemasaran berdasarkan berbagai kegiatan pemasaran yang umumnya dilakukan meliputi biaya persiapan dan pengepakan, biaya handling, biaya processing, biaya modal, pungutan-pungutan, komisi dan pembayaran tidak resmi.
Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah perubahan antara harga petani dan harga eceran (retail). Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah quantitas produk yang dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan margin keuntungan.
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added).
Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk tersebut. Oleh karena itu nilai margin pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges (Dahl, 1977). Biaya pemasaran terkait dengan tingkat pengembalian dari faktor produksi, sementara marketing charges berkaitan dengan berapa yang diterima oleh pengolah, pengumpul dan lembaga tataniaga. Margin tataniaga terdiri dari tiga jenis yaitu absolut, persentase dan kombinasi. Margin pemasaran absolut dan persentase dapat menurun, konstan dan meningkat dengan bertambahnya quantitas yang dipasarkan. Hubungan antara elastisitas permintaan di tingkat rantai tataniaga yang berbeda memberikan beberapa kegunaan analisis. Hubungan bergantung pada perilaku dari margin pemasaran.
Marjin pemasaran dalam teori harga diasumsikan bahwa penjual dan pembeli bertemu langsung, sehingga harga hanya ditentukan oleh kekuatan penalaran dan permintaan secara agregat. Dengan demikian disimpulkan tidak ada perbedaan antara harga di tingkat petani dengan harga ditingkat pengecer atau konsumen akhir. Bedasarkan penelitian – penelitian dari ilmu ekonomi pertanian, ternyata terdapat perbedaan harga di tingkat pengecer (konsumen akhir ) dengan harga di tingkat petani. Perbedaan ini disebut marjin pemasaran.
Marjin dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu :
1.        Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Definisi pertama dikemukakan oleh Daly (1958) dan diterangka leih anjut oeh Friedman (196).
2.        Marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa 0 jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat prmintaan dan penawaran dari jasa - jasa pemasaran.
Definisi kedua ini dikemukakan oleh aite dan Trelogan (1951). Komponen marjin pemasaran terdiri dari : 1) biaya – biaya yang diperlukan lembaga – lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost ); dan 2) keuntungan (profit) lembaga pemasaran. Apabia dalam pemasaran suatu produk pertanian, terdapat lembaga pemasaran yag melakukan m fungsi – ungsi pemasaran.
Dengan menggunakan definisi pertama yang menyebutkan bahwa marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka lebih lanjut dapat dianalisa sebagai berikut : Harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga ditingkat pengecer , yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer ( primary demand curve ) dengan kura penawaran turunan ( derived supply curve ). Sedangkan harga ditingkat petani petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan (derived demand curve) dengan kurva penawaran primer (primary supply curve).
Seperti hanya pada permintaan, maka pada penawaran pun terdapat tiga hubungan antara besar marjin pemasaran dengan jumlah penawaran yaitu :
1.      Apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran bertambah maka, disebut marjin pemasaran bertambah. ( M1 > Mo )
2.      Apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran konstan. (M1 = Mo )
3.      Apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran berkurang (M1<Mo), maka disebut marjin pemasaran berkurang.
Bedasarkan definisi kedua, marjin pemasaran yaitu marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa – jasa pemasaran, maka membawa konsekwensi yang berbeda dengan analisi sebelumnya.
Nilai marjin pemasaran  (VM ) yang dinikmati oleh lembaga – lembaga pemasaran yang teribat dalam pemasaran komodii pertanian ini.nilai marjin pemasaran merupakan hail ali antara perbedaan harga ditingkat pengecer dengan harga ditingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Bedasarkan dimensi waktunya, marjin pemasaran dapat dilihat dalam waktu yang singkat sekai, yaitu bedasarkan data crhss sectihn atau dalam waktu yang relatif lama.
3. Elastisitas Transmisi Harga         
Elastisitas transmisi harga adalah merupakan perbandingan perubahan persentase dari harga di tingkat pengecer/pemasar/konsumen (Y) dengan perubahan harga di tingkat petani/produsen (X), yang bertujuan untuk mengetahui melihat berapa besar perubahan harga di pasar pengecer/pemasar/konsumen (Y) akibat terjadinya perubahan harga sebesar satu satuan unit di pasar petani/produsen (X). Dari perubahan/hubungan tersebut secara tidak langsung dapat diperkirakan tingkat keefektifan suatu informasi pasar, bentuk pasar dan efektifan sistem pemasaran.
Apabila elastisitas transmisi harga lebih kecil dari satu (Et < 1) dapat diartikan bahwa perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1% di tingkat petani dan bentuk pasar mengarah ke Monopsoni. Apabila elastisitas transmisi harga sama dengan satu (Et = 1), maka perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1% di tingkat petani dan merupakan pasar persaingan sempurna. Apabila elastisitas transmisi harga lebih besar dari satu (Et > 1), maka perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% di tingkat petani dan bentuk pasarnya mengarah ke Monopoli.
Rumus elastisitas transmisi harga sebagai berikut :
Et = ΔX / ΔY x Y/X
Dimana :
Et = Elastisitas Transmisi Harga
ΔY = Perubahan Harga di tingkat pengecer (ΔRp/ΔKg)
ΔX = Perubahan Harga di tingkat petani (ΔRp/ΔKg)
X = Harga di tingkat petani (Rp/Kg)
Y = Harga di tingkat pengecer (Rp/Kg) (Sudiyono, 2004)
Elastisitas transmisi harga umumnya bernilai lebih kecil satu. Apabila nilai Et suatu pasar lebih tinggi dari pasar yang lain, berarti pasar tersebut lebih efisiensi karena perubahan harga (fluktuasi) di tingkat produsen ditransmisikan dengan lebih sempurna ke konsumen (Silitonga, 1999).




















BAB III
KESIMPULAN

1.      Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang di bayarkan konsumen.
2.      Dengan adanya margin pemasaran kita dapat mengetahui perbandingan harga pada petani dengan harga pada konsumen akhir.
3.      Semakin panjang rantai tata niaga maka semakin besar perbandingan margin pemasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar